Posted on

A Drama Wolverine Story in Japan

20130725-212151.jpg

Hellooooo…I’m back!!!!
Long time nggak posting karena kesibukan tiada henti di penulisan. Well, kalau mau lihat review film yang lain yang Saya tulis, bisa langsung lho ke http://www.freemagz.com. Okay, let’s talkin’ about the new Wolverine movie.

Mungkin banyak yang ahirnya lega menuggu kemunculan karakter X-Men yang paling jadi favorit pecinta komik khususnya Marvel, Wolverine, di layar lebar sejak terakhir muncul di “k” (2009). Banyak yang beranggapan, film asal usul Wolverine itu kurang bagus, sementara nggak sedikit juga yang bilang kalau film solo pertamanya itu seru di action-nya. Well, pro dan kontra dalam menikmati sebuah film selalu ada. Pada akhirnya, Wolverine muncul kembali dengan judul “The Wolverine“, dan ber-setting di Jepang. Sutradara pun berganti dari Gavin Hood menjadi James Mangold yang sukses mengantarkan Reese Whiterspoon mendapat piala Oscar lewat film “Walk The Line” (2005). Pastinya ekspektasi semua penikmat film terutama pecinta komik Marvel akan tinggi, dan sang sutradara pun pernah berargumen kalau ini cerita yang berdiri sendiri. But not reboot, and a lil’ bit sequel.

20130725-212337.jpg

Film ini bercerita tentang kehidupan Logan/Wolverine (Hugh Jackman) setelah kejadian di “X-Men: The Last Stand” (2006) dan sedikit dari film pertama Wolverine. Logan dihantui oleh bayang-bayang Jean Grey (Famke Janssen) setelah membunuhnya karena membunuh banyak orang dan berubah menjadi Phoenix. Lalu, cerita berganti Logan diajak ke Jepang oleh Yukio (Rila Fukushima) mutant yang bisa meramal masa depan karena atasannya, Yashida (Hal Yamanouchi), sekarat dan ingin sekali bertemu dengan Logan karena ucapan terima kasihnya waktu menyelamatkannya di zaman perang ketika Nagasaki di bom atom. Banyak rahasia yang disimpan Yashida menjelang kematiannya yang membuat Logan harus tinggal di Jepang dan melindungi Mariko (Tao Okamoto), cucu Yashida yang terancam dibunuh oleh ayahnya sendiri, Shingen (Hiroyuki Sanada). Ancaman datang bertubi-tubi mulai dari Yakuza dan kemunculan mutant wanita jahat, Viper (Svetlana Khodchenkova) dan Silver Samurai yang sama kuatnya dengan Wolverine.

20130725-212517.jpg

Okay, here’s the review. Better than the first film? Absolutely not. Walaupun masih setia dengan salah satu penggambaran komik nya yang ber-setting Jepang, justru lebih mengutamakan sisi drama yang terlalu banyak dialog dan banyak adegan romance yang membosankan dan nggak penting. Ada satu adegan yang thrilling ketika battle di kereta api cepat, sisa action-nya menjelang akhir sedikit kurang maksimal untuk mendapatkan thrilling. Hugh Jackman masih punya pesona kuat sebagai Wolverine, lalu karakter Yukio yang dimainkan Rila Fukushima berhasil menjadi scene-stealer yang membuat kita kagum atas aksinya sebagai jagoan yang bisa memainkan pedang. About Jean Grey? Not really interesting cuma tempelan belaka. Bahkan karakter Viper kurang berbahaya dan kurang sadis disamping dia bisa berganti kulit layaknya ular dengan efek yang cukup bagus.

20130725-212604.jpg

Overall, jangan terlalu berharap lebih untuk banyak adegan ‘gedebak gedebuk’ beli large popcorn untuk menghilangkan bosan, plus 3D juga kurang begitu membantu. Yang menyelamatkan film ini cuma di post end credit scene yang epic, karena itu adalah clue dari film “X-Men: Days of Future Past” yang rilis tahun depan. So, jangan buru-buru untuk beranjak dari kursi bioskop.

About MovTastic

Blog yang membahas semua review, news, dan upcoming movie khusus yang ber-genre fantastic. Fyi, Fantastic Genre adalah film-film yang ber sub-genre Horror, Thriller, Sci-Fi, Anime, Slasher, Gore, Action, dan Fantasy. MovTastic is your guide to fantastic genre movie. About The Creator: Diaksa Adhistra Nugroho biasa dipanggil Diaksa atau Didi, sebenarnya memang hobi nonton film dari SD. Semua film dihajar untuk ditonton di bioskop, tapi walaupun semua film ditonton (kecuali film horor mainstream vividsm yang lagi marak), dia paling hobi nonton genre Fantastic (Sci-fi, horor, thriller, gore, action, dan anime length feature). That's why dia membuat blog ini karena kepuasan dia untuk membuat review film khusus bergenre itu karena jarang sekali dibuat. Keseharian-nya adalah seorang reporter yang sedang merintis karir. Dia bukan kritikus dan nggak mau dibilang kritikus karena bukan expert di bidang film, he's just a movie reviewers and also movie reviewers. Diaksa juga punya satu misi: ingin menulis buku dan nulis skenario film. Boleh follow twitter-nya di @diaksaadhistra atau Facebooknya: www.fecebook.com/diaksa.adhistra

Leave a comment