Posted on

Typical Ghost’s Revenge Movie. Review of “Don’t Click”

Tema video menakutkan yang pada akhirnya menghantui kehidupan orang-orang yang menontonnya pernah kita lihat dalam film “Ringu” (1998), dengan berdasarkan dari cerita novel, film ini sukses menakut-nakuti penonton dengan ikon hantu Sadako. Lalu, seiring berjalannya teknologi, tema video hantu sudah canggih karena bisa di akses lewat You Tube, atau internet yang berisikan disturbing pictures seperti di film “Pulse” (2001) dan “FeardotCom” (2002). Kali ini, tema serupa yang menggabungkan teknologi video dan internet diangkat lagi oleh sineas asal Korea, Tae-Kyeong Kim, dalam film terbarunya “Don’t Click“.

Jeong Mi (Byeol Kang), merasa bangga video belly dance nya banyak viewers dan membuat dia menjadikan itu sebagai mata pencaharian sampingannya disamping menjadi siswi SMA. Sedangkan kakaknya, Se-Hee (Bo-Hyeong Park), harus berusaha menghidupi dia dan adiknya yang sering bermasalah itu dengan bekerja sebagai pramuniaga foto. Jeong-Mi mendengar desas desus tentang video seram yang kalau ada yang menonton sampai akhir, orang yang menontonnya akan mati. Jeong-Mi meminta Joon-Hyeok (Won Joo), pacar kakaknya yang bekerja sebagai IT freelance di kepolisian untuk mengambil video kasus yang sudah di close. Awalnya, video itu menjadi kesenangan saja pada waktu menontonnya, tapi berubah menjadi mimpi buruk menimpa Jeong-Mi sekaligus kakaknya dan teman-teman dekatnya.

Okay, here’s the review. Dibuka dengan perekam CCTV yang sedikit creepy karena merekam kegiatan sehari-hari manusia, bayangkan saja kalau kalian yang di intai pasti ketakutan. Dilanjut dengan kaget-kagetan dengan musik jrang-jreng, sukses membuat penonton bisa jantungan walaupun bukan penampakan hantu. tampilan video horor yang menjadi awal kengerian berhasil divisualisasikan dengan baik, kita bisa dibuat merinding jika video itu beneran ada di kehidupan kita. Sayang, awal sampai pertengahan film sudah mulai menegangkan, tapi menjelang pertengahan cerita jadi menimbulkan banyak pertanyaan sekaligus membuat tensi kengerian menjadi turun. Sebenarnya, ini memang cerita tentang hantu balas dendam dengan format video, tapi nggak terlalu diceritakan lebih dalam asal usulnya hanya dengan video saja. Untuk pemeran Jeong Mi, sepertinya terlalu tua untuk peran anak SMA, seharusnya ditukar pemeran kakaknya, Se-Hee. Ini memang film horor, tapi yang membuat nggak konsisten menjadikan film ini berubah menjadi slasher yang nggak jelas. Seharusnya, ide yang sudah tercetus dengan baik, bisa konsisten dengan pakem horor yang ada. Too bad.

Overall, walaupun bisa bikin kaget dan sedikit menegangkan, film horor ini sangat tanggung. Tanggung dalam segi horor, tanggung juga dalam segi slasher. Yang jadi kelebihan justru format perekam seperti handphone dan CCTV yang ditampilkan di film ini untuk membuat kita hati-hati dengan alat perekam itu. Dan juga visualisasi video-video seram yang bisa membuat kita merinding. Jangan beranjak dulu dari tempat duduk kalian, karena ada adegan tambahan pada waktu penampilan credit title, walaupun nggak terlalu mengerikan, at least nggak membuat penasaran. Another sequel maybe? Hope the sequel will better than this. Film ini hanyalah satu dari banyak tipikal film hantu balas dendam yang kurang jelas asal usul nya.

About MovTastic

Blog yang membahas semua review, news, dan upcoming movie khusus yang ber-genre fantastic. Fyi, Fantastic Genre adalah film-film yang ber sub-genre Horror, Thriller, Sci-Fi, Anime, Slasher, Gore, Action, dan Fantasy. MovTastic is your guide to fantastic genre movie. About The Creator: Diaksa Adhistra Nugroho biasa dipanggil Diaksa atau Didi, sebenarnya memang hobi nonton film dari SD. Semua film dihajar untuk ditonton di bioskop, tapi walaupun semua film ditonton (kecuali film horor mainstream vividsm yang lagi marak), dia paling hobi nonton genre Fantastic (Sci-fi, horor, thriller, gore, action, dan anime length feature). That's why dia membuat blog ini karena kepuasan dia untuk membuat review film khusus bergenre itu karena jarang sekali dibuat. Keseharian-nya adalah seorang reporter yang sedang merintis karir. Dia bukan kritikus dan nggak mau dibilang kritikus karena bukan expert di bidang film, he's just a movie reviewers and also movie reviewers. Diaksa juga punya satu misi: ingin menulis buku dan nulis skenario film. Boleh follow twitter-nya di @diaksaadhistra atau Facebooknya: www.fecebook.com/diaksa.adhistra

Leave a comment